Menikmati Story Telling Wisata Halal Sumbar

Merujuk data Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019, jumlah wisatawan muslim di seluruh dunia pada 2030 akan berjumlah 320 juta. Ini merupakan angka yang cukup menggiurkan. Tak heran jika Indonesia sebagai negara yang mayoritas pendudukya muslim ingin mengambil kesempatan tersebut untuk mengambil pemasukan dari sektor wisata. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia pun gencar dalam mengembangkan dan mempromosikan pariwisata halal, beberapa tahun belakang.

Apalagi sejumlah daerah di Indonesia memang sudah banyak yang menggarap konsep wisata halal, termasuk Sumatera Barat. Selama ini, Sumbar memang sudah mendapatkan apresiasi atas geliat pariwisata halal yang sudah lama diusung Ranah Minang. Salah satu buktinya adalah Sumbar sudah pernah meraih dua penghargaan di The World Halal Tourism Award 2016, yakni World’s Best Halal Destination and World’s Best Halal Culinary Destination.

Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit juga ingin memperkuat peran Sumbar sebagai provinsi terdepan untuk menjadi destinasi wisata halal di Indonesia dan dunia. Hal itu sesuai dengan falsafah Sumatera Barat, “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”. Sehingga merupakan hal yang mendasar menggarap konsep wisata halal.

“Wisata halal adalah masa depan Sumatera Barat. Sebagai daerah yang memiliki falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah atau adat bersendikan agama, agama bersendikan Al-Qur’an, konsep wisata halal sejatinya adalah merasuk dalam sendi kehidupan masyarakat adi Sumbar,” kata Nasrul Abit.

Dipayungi Perda

Penerapan konsep wisata halal di Sumatera Barat ini nantinya akan dipayungi peraturan daerah yang telah disetujui oleh DPRD Provinsi Sumbar. Memang, saat ini masih dalam bentuk rancangan peraturan daerah (raperda). Rancananya, baru akan disahkan menjadi Perda Wisata Halal pada 2020.

Nasrul menjelaskan, wisata halal bukan wisata syarriah atau wisata yang penuh aturan ketat. Akan tetapi, wisata halal merupakan strategi pemasaran untuk menarik kunjungan wisatawan dari berbagai negara muslim di dunia.

Terkait Sumbar, akan disediakan fasilitas sesuai kebutuhan umat Islam seperti tempat shalat yang nyaman, tempat berwudhu yang bersih, hingga penginapan atau hotel yang punya petunjuk arah kiblat. Kemudian menyediakan makanan yang halal dan higienis. Semua fasilitas, kecuali tempat ibadah, juga menjadi kebutuhan seluruh wisatawan.

Dalam wisata halal dikenal tiga peringkat, yaitu: hilal 1, hilal 2, dan hilal 3. Artinya, jika Sumatera Barat mengusung wisata halal, tidak serta merta seluruh fasilitas harus menjadi sesuai syariah Islam. Tentu saja, ada ruang bagi keberagaman daerah ini. Selain itu, wisata halal juga menonjolkan pelayanan yang ramah dan sopan. Terkait itu, kata Nasrul. Islam telah mengatur agar memuliakan tamu. Karenanya, Sumbar akan membuat tamu-tamu dari mana saja merasa nyaman.

Kenyamanan yang dimaksud, selain dengan fasilitas, juga dengan pelayanan. Pegiat pariwisata juga diminta mengharuskan pekerjanya agar ramah, sopan, dan berpakaian rapi. Bahkan, harus menutup aurat bagi yang perempuan.

Nasrul mengatakan Sumbar selama ini sudah punya daya tarik di sektor pariwisaata. Sumbar memiliki destinasi yang lengkap, mulai dari wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, dan lain-lain.

Wisata alam Sumbar pun beragam. Mulai dari pemandangan pantai, pegunungan, wisata air, geopark, goa-goa bersejarah, dan banyak lainnya. Dengan konsep wisata halal, para wisatawan tidak harus khawatir ibadah mereka tertinggal atau terlaksana dalam kondisi tidak nyaman. Karena Sumbar akan menyediakan tempat-tempat ibadah yang nyaman di sestiap destinasi wisata.

Nasrul menjelaskan konsep wisata halal yang akan diolah oleh Sumatera Barat tidak untuk mengkotak-kotakan perbedaan SARA. Sumber akan memberikan bukti bahwa wisata halal ramah buat semua kalangan. Karena konsep syariah tidak menghalangi kenyamanan wisatawan non-muslim berkunjung ke Indonesia, termasuk ke Sumatera Barat.

Dalam melakukan sosisalisasi dan promosi, Nasrul juga punya cara tersendiri supaya wisatawan minat berkunjung ke Sumatera Barat. Dia ingin menerapkan strategi story telling, di mana Sumbar akan merancang mekanisme agar semua orang tahu bahwa wisata halal merupakan konsep yang mudah diterima dan tidak akan memberatkan siapa pun untuk berkunjung.

Data Dinas Pariwisata Sumbar menyebutkan, setiap tahun wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sumbar sekitar 57 ribu orang. Jumlah ini dinilai masih minim karena wisatawan mancanegara yang daatang ke Indonesia setiap tahun sekitar 8 juta orang.

Pekerjaan Rumah

Dari 57 ribu yang datang ke Sumbar, sekitar 70 persen di antaranya berasal dari Negeri Jiran seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Sementara wisatawan dari negara-negara muslim di Timur Tengah masih minim.

Hal ini, menurut Nasrul, akan menjadi pekerjaan rumah bagi Sumbar. Pemerintah daerah akan berupaya menggencarkan promosi supaya wisatawan dari negara-negara Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Qatar, UEA, dan lain-lain tertarik datang ke Sumatera Barat.

“Caranya bisa dengan mengundang para jurnalis, blogger, dan para influencer masing-masing negara tersebut agar mengulas apa saja kekayaan wisata halal yang dimiliki Sumbar,” ujar Nasrul.

Bila konsep pariwisata halal ini telah berjalan sepenuhnya di Sumbar, Nasrul optimis akan berdampak pada  perekonomian masyarakat. Nasrul pun tak ingin masyarakat pasif dalam hal ini. Dia akan melibatkan masyarakat agar terlibat aktif. Masyarakat juga tidak terlalu risih menerima wisatawan.

Yang terpenting, kata dia, dalam pembangunan termasuk pariwisata adalah dampak ekonomi yang didapatkan daerah. Terutama masyarakat yang terlibat dalam usaha UMKM, transportasi, kuliner, penginapan, dan lain-lain.

Sumber: Harian Republika

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *